1. Himpunan dan Bilangan
1.1.Pengertian dan Macam Himpunan.
Himpunan adalah konsep dasar
dari semua cabang matematika. George Cantor dianggap sebagai bapak teori
himpunan. Himpunan adalah sekumpulan objek yang mempunyai syarat tertentu dan
jelas. Objek yang dimaksud dapat berupa bilangan, manusia, hewan, tumbuhan,
Negara dan sebagainya.Objek ini selanjutnya dinamakan anggota atau elemen dari
himpunan itu. Syarat tertentu dan jelas dalam menentukan anggota suatu himpunan
ini sangat penting karena untuk membedakan mana yang menjadi anggota himpunan
dan mana yang bukan merupakan anggota himpunan. Inilah yang kemudian dinamakan
himpunan yang terdefinisi dengan baik (well-defined set).
Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan dengan jelas. Benda atau objek dalam himpunan disebut elemen atau anggota himpunan. Dari definisi tersebut, dapat diketahui objek yang termasuk anggota himpunan atau bukan.
Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan dengan jelas. Benda atau objek dalam himpunan disebut elemen atau anggota himpunan. Dari definisi tersebut, dapat diketahui objek yang termasuk anggota himpunan atau bukan.
Macam-macam himpunan
1. Himpunan bilangan asli
A = { 1, 2, 3, 4, 5, ... }
2. Himpunan bilangan cacah
C = { 0, 1, 2, 3, 4, .... }
3. Himpunan bilangan prima
P = { 2, 3, 5, 7, 11, .... }
4. Himpunan bilangan genap
G = { 0, 2, 4, 6, 8, 10,
.... }
5. Himpunan bilangan
ganjil
G = { 1, 3, 5, 7, 9, .... }
6. Himpunan bilangan
komposit (tersusun)
T = { 4, 6, 8, 9, 10, 12,
.... }
7. Himpunan tak hingga
A = { 1, 3, 5, 7, ..... },
(n)A = ∞ (jumlah anggota himpunan A adalah tak terhingga)
8. Himpunan berhingga
B = { 1, 3, 5, 7 }, (n)A = 4
(jumlah anggota himpunan B adalah sebanyak 4)
9. Himpunan kosong
K = { himpunan bilangan prima antara 7 dan 9 }, K = { } (jumlah anggota himpunan K adalah tidak ada atau kosong)
9. Himpunan kosong
K = { himpunan bilangan prima antara 7 dan 9 }, K = { } (jumlah anggota himpunan K adalah tidak ada atau kosong)
10. Himpunan bagian
A = {2, 3, 5 } dan B = { 1,
2, 3, 4, 5, 6 }
Semua anggota himpuna A adalah merupakan anggota himpunan B. Sehingga dapat dikatakan bahwa; A bagian dari B, ditulis A c B atau B memuat A ditulis B ﬤ A
Semua anggota himpuna A adalah merupakan anggota himpunan B. Sehingga dapat dikatakan bahwa; A bagian dari B, ditulis A c B atau B memuat A ditulis B ﬤ A
11. Himpunan semesta
Bila A = { 2, 4, 6, 8, 10 }, maka beberpa himpunan semesta
pembicaraan yang mungkin untuk A adalah;
S = { bilangan asli }
S = { bilangan cacah }
S = { bilangan kelipatan 2 }
S = { bilangan asli }
S = { bilangan cacah }
S = { bilangan kelipatan 2 }
1.2.Diagram Venn
Diagram venn merupakan sebuah metode dalam merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan
antara objek-objek tersebut secara grafis.
Pertama kali diperkenalkan pada 1880 oleh John Venn
(1834-1923),
dalam tulisannya yang berjudul On the
Diagrammatic and Mechanical Representation of
Propositions
and
Reasonings yaang diterbitkan pada
Philosophical Magazine and Journal of Science S. 5. Vol.9. No. 59. Juli 1880.
Menurut Grünbaum definisi konsep
yang lebih umum, adalah sebuah keluarga independen. MIsalkan
C = (C1, C2, ..., Cn) adalah sebuah kumpulan
kurva tertutup sederhana digambarkan
dalam bidang. Kumpulan C dikatakan independen jika daerah dibentuk
oleh
persimpangan
X1,
X2, ..., X tidaklah kosong, di mana
setiap Xi adalah int(Ci) (interior Ci) atau ext (Ci ) (bagian
luar Ci).
Misalkan, sebagai tambahan, masing-masing daerah tersebut tersambung dan hanya ada sejumlah terhingga banyak titik persimpangan antara kurva, maka C adalah diagram Venn, atau
sebuah n-diagram Venn jika kita ingin menekankan jumlah kurva dalam diagram. Kondisi
bahwa hanya ada sejumlah terbatas titik persimpangan biasanya diasumsikan
dalam literatur, tetapi sering tidak dinyatakan secara eksplisit.
Karena setiap daerah baik di dalam
atau
di luar kurva
tertentu, dan terdapat n kurva, harus ada 2n persis daerah
di
diagram Venn (termasuk bagian luar, daerah kosong, yang berada di luar dari semua kurva).
Di bawah berikut ditunjukkan
diagram venn yang paling
dikenal dari semua diagram Venn.
Diagram
Venn sederhana adalah diagram yang tidak ada lebih dari dua kurva yang berpotongan pada titik yang sama.
Diagram
sederhana dalam beberapa pengertian adalah
"paling bagus" karena mereka adalah yang paling mudah
untuk representasi dan dimengerti.
1.3. Operasi antar
Himpunan
1.
OPERASI DASAR
Operasi dasar himpunan
ada 3 yaitu:
a.
Operasi gabungan
Gabungan dua himpunan A
dan B adalah himpunan semua elemen yang menjadi anggota A atau anggota himpunan
B saja atau anggota dari himpunan A dan
himpunan B.
b.
Operasi irisan
Irisan dua himpunan A
dan B adalah himpuanan semua anggota yang menjadi anggota A dan sekaligus
anggota B.
c.
Operasi komplemen
Komplemen dari suatu
himpunan A adalah sebuah himpunan yang terdiri dari anggota-anggota yang bukan
merupakan anggota himpunan A tetapi masih merupakan anggota semesta yang
dibicarakan.
2. OPERASI LANJUTAN
a.
Selisih dua himpunan
Selisih antara dua
himpunan A dan B dinotasikan dengan merupakan himpunan dengan anggota
yang terdiri dari anggota-anggota himpunan A namun tidak merupakan anggota
himpunan B.
b.
Beda simetris dua himpunan
Beda
simetris dua himpunan A dan B dinotasikan dengan . Beda simetris dua himpunan adalah
selisih antara gabungan dua himpunan dengan irisan dua himpunan tersebut.
3. RELASI ANTAR HIMPUNAN
a.
Himpunan bagian
Himpunan A dikatakan
merupakan subset (himpunan bagian) dari himpunan B jika setiap anggota himpunan
A merupakan anggota himpunan B.
Himpunan A dikatakan bukan merupakan subset dari
himpunan B jika ada setidak-tidaknya satu anggota A yang bukan merupakan
anggota B.
Himpunan A dikatakan
sama dengan himpunan B jika kedua himpunan tersebut memiliki anggota yang sama.
1.4. Bilangan Bulat dan Rill
Bilangan bulat adalah himpunan bilangan bulat negatif,
bilangan nol dan bilangan bulat positif.
Contoh: B = { ...., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ..... }
Contoh: B = { ...., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ..... }
Sementara
itu bilangan rill adalah bilangan yang merupakan gabungan dari bilangan rasional
dan bilangan irrasional itu sendiri.
Contoh: R = { 0, 1, ¼, ⅔, √2, √5, ..... }
Contoh: R = { 0, 1, ¼, ⅔, √2, √5, ..... }
Sumber
:
Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa dan Otomata, Graha Ilmu,
Yogyakarta, Edisi 2, 2005.
SIAPUJA MATEMATIKA SMP/MTs
Jilid 1 Kurikulum 2013
Branko Grünbaum, Venn diagrams and Independent Families of
Sets, Mathematics Magazine, 48 (Jan-Feb 1975) 12-23
P. Hamburger and R. E.
Pippert, Venn said it couldn't be done,
Mathematics Magazine, Vol. 73 No. 2 (April 2000) 105-110 .
http://www.berpendidikan.com/2015/05/pengertian-bilangan-dan-macam-macam-bilangan-beserta-contohnya.html
https://www.academia.edu/30133931/OPERASI_ANTAR_HIMPUNAN?auto=download
2. Relasi
2.1
Definisi
Fungsi
Jika suatu
relasi dikatakan sebuah fungsi jika memenuhi dua syarat yakni yang
pertama adalah setiap anggota A memiliki pasangan di anggota B. Namun apabila
salah satu dari anggota A tidak memiliki pasangan terhadap anggota B, maka bisa
dikatakan relasi tersebut bukan termasuk fungsi. Dan syarat yang kedua adalah
setiap anggota A dipasangkan tepat satu-satu terhadap anggota B. Dengan kata
lain anggota A tidak boleh memiliki pasangan anggota B lebih dari satu. Namun
untuk syarat yang kedua ini tidak berlaku untuk pasangan sebaliknya dalam
artian jika syarat yang pertama telah terpenuhi, maka anggota B boleh memiliki
lebih dari satu pasangan dari anggota A.
2.2
Domain,
Kodomain, Range
Dalam suatu relasi antarhimpunan, ada yang disebut dengan domain, kodomain dan
juga range. Perhatikan penjelasan berikut ini.
-
Domain adalah daerah asal suatu relasi,
-
Kodomain adalah daerah kawan suatu
relasi,
-
Range adalah daerah hasil suatu relasi.
Sumber :
http://bangkusekolah.com/2015/09/20/definisi-fungsi-pemetaan/
3. Proposisi
3.1.
Konsep
dan notasi dasar
Kalkulus proposisi, pada hakekatnya adalah suatu
metode dalam komputasi menggunakanproposisi atau menggunakankalimat. Di sini, kalimat yang dimaksud merupakan kalimat
deklaratif. Pada kalimat deklaratif tersebut dapat kita berikan nilai
kebenarannya (truth value) yaitu salah satu dari "true" atau
','false". Kalimat seperti itu biasa disebut sebuah statemen. Sebuah
contoh statemen, dapat kita ambil kalimat "Kucing adalah binatang berkaki
empat", atau "Matahari terbit di sebelah timur" dan lain
sebagainya.
Pada
kalkulus proposisi ini, kita juga menekankanpembahasanpada bagaimana cara
mengkombinasikan statemen, sehingga terbentuk statemen lain yang lebih
kompleks. Pengkombinasian statemen akan menghasilkan statemen majemuk (compound
statement). Nilai kebenaran dari suatu statemen majemuk tergantung pada nilai
kebenaran statemen yang dikombinasikan serta tergantung pula pada operasi
pengkombinasian mereka.
Masalah
pertamayang kita hadapiadalahbagaimanamendefinisikanpenghubung secara logik
antara dua statemenyang dapat kita gunakanuntuk membentukstatemen yang lebih
kompleks. Misalkan p serta q berturut-turutstatemen sederhana berbunyi
"rumput hijau", dan "hari hujan", kita ingin mempunyai
simbol untuk menyatakan statemen seperti "p tidak benar", atau
"jika p maka q", "p dan q" dan sebagainya. Dalam hal ini
kita menginginkanpula untuk dapat memberikannilai kebenaran bagi kombinasi dari
p da q tersebut. Tentunya pemberian nilai kebenaran tersebut adalah dengan cara
yang konsisten sesuai dengan penggunaan yang biasa dilakukan. Suatu ekspresi
yang mengandung. variabel berupa statemen, dengan operasi logik yang segera
kita definisikan, disebut suatu proposisi.
Sekarang
baiklah kita mulai dengan "p tidak benar", yang dapat dinyatakan
dengan simbol p. Bila p true maka p adalah false, sebaliknya bila p
false maka p
adalah true.
Kalimat lain yang nilai
kebenarannya secara jelas kita rasakan
dari penggunaan sehari-hari adalah
"p dan q". Ia bemilai true bila kedua variabel p dan q sama-sama
true.
Kalimat "p or q" sedikit agak
membingungkan karena dapat mempunyai dua arti (ambiguous). Yang
pertama dapat berarti
or inklusif yaitu "p true atau q true atau keduanya true",
sedangkan yang kedua adalah or eksklusif yaitu "p true atau q true tetapi tidak
keduanya".
Dalam mengembangkan suatu sistem secara formal, adanya arti ganda serupa itu harus dihindari
atau dihilangkan. Untuk itu kita
definisikan disjungsi, pada Tabel 3 untuk kasus or inklusif dan
nonekivalen, karena untuk nilai kebenaran
adalah true bila p dan q mempunyai nilai kebenaran yang
berbeda dan false bila mempunyai nilai
kebenaran yang sama.
Pendefinisian
keempat operator logik tersebut, mengingatkankita pada operasi dalam aljabar
Boole. Kita catat bahwa terdapat operasi komplementasi multiplikasi
serta dua operasi
addisi/penjumlahan. Mereka bersesuaian
berturut-turut dengan operasi negasi, disjungsi dan nonekivalen pada proposisi.
3.2.
Proposisi
dan tabel kebenaran
Definisi proposisi
P (p, q, ... ), Q (p, q, ... ),
... atau umyatakan ut..,u P, Q, .
. . ,
saja adalah sebuah
polinomial Boole dalam
variabel p, q, . . .
Nilai
kebenaran sebuah proposisi
P (p, q, ... ) yang dihitung
pada sebarang pernyataan adalah sebuah fungsi dari nilai kebenaran
pemyataan-pernyataan itu saja, dan
bukan merupakan fungsi dari
pemyataan khusus itu sendiri. Maka kita
berbicara mengenai "nilai
kebenaran" dari setiap variabel p,
q, ... , dan "nilai kebenaran" dari proposisi P (p, q, ... ).
Sebuah cara sederhana untuk memperlihatkan hubungan di
antara nilai kebenaran sebuah
proposisi P (p, q, .
. . )
dan nilai kebenaran variabelnya
p, q, . .
. adalah melalui sebuah tabel
kebenaran .
3.3. Tautologi dan kontradiksi
Tautologi adalah pernyataan
majemuk yang selalu benar untuk semua kemungkinan nilai kebenaran dari
pernyataan-pernyataan komponennya. Sebuah Tautologi yang memuat pernyataan
Implikasi disebut Implikasi Logis. Untuk membuktikan apakah suatu pernyataan
Tautologi, maka ada dua cara yang digunakan. Cara pertama dengan menggunakan
tabel kebenaran, yaitu jika semua pilihan bernilai B (benar) maka disebut
Tautologi, dan cara kedua yaitu dengan melakukan penjabaran atau penurunan
dengan menerapkan sebagian dari 12 hukum-hukum Ekuivalensi Logika.[1]
Contoh:
Lihat pada argumen berikut:
Jika Tono pergi kuliah,
maka Tini juga pergi kuliah. Jika Siska tidur, maka Tini pergi kuliah. Dengan
demikian, jika Tono pergi kuliah atau Siska tidur, maka Tini pergi kulah.
Diubah ke variabel
proposional:
A Tono pergi kuliah
B Tini pergi kuliah
C Siska tidur
Diubah lagi menjadi
ekspresi logika yang terdiri dari premis-premis dan kesimpilan. Ekspresi logika
1 dan 2 adalah premis-premis, sedangkan ekspresi logika 3 adalah kesimpulan.
(1) A → B (Premis)
(2) C → B (premis)
(3) (A V C) → B (kesimpulan)
Maka sekarang dapat
ditulis: ((A → B) ʌ (C → B)) → ((A V C) → B
A
|
B
|
C
|
A → B
|
C → B
|
(A → B) ʌ (C → B)
|
A V C
|
(A V C) → B
|
|
B
B
B
B
S
S
S
S
|
B
B
S
S
B
B
S
S
|
B
S
B
S
B
S
B
S
|
B
B
S
S
B
B
B
B
|
B
B
S
B
B
B
S
B
|
B
B
S
S
B
B
S
B
|
B
B
B
B
B
S
B
S
|
B
B
S
S
B
B
S
B
|
B
B
B
B
B
B
BB
|
Dari tabel kebenaran diatas
menunjukkan bahwa pernyataan majemuk :
((A → B) ʌ (C → B)) → ((A V C) → B adalah semua
benar (Tautologi)
Contoh tautologi dengan
menggunakan tabel kebenaran:
1. (p ʌ
~q) p
Pembahasan:
p
|
q
|
~q
|
(p ʌ ~q)
|
(p ʌ ~q) p
|
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
S
B
S
B
|
S
B
S
S
|
B
B
B
B
|
Ini adalah tabel kebenaran
yang menunjukkan Tautologi dengan alasan yaitu semua pernyataannya bersifat
benar atau True (T). maka dengan perkataan lain pernyataan majemuk (p ʌ
~q) p selalu benar.
2. [(p
q) ʌ p] p q
Pembahasan:
P
|
q
|
(p
q)
|
(p
q) ʌ p
|
[(p
q) ʌ p] p q
|
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
B
S
B
B
|
B
S
S
S
|
B
B
B
B
|
(1) (2) (3) (4) (5)
Berdasrkan tabel diatas
pada kolom 5, nilai kebenaran pernyataan majemuk itu adalah BBBB. Dengan
perkataan lain, pernyataan majemuk
[(p q) ʌ p] p q selalu benar
Kontradiksi adalah
kebalikan dari tautologi yaitu suatu bentuk pernyataan yang hanya mempunyai
contoh substansi yang salah, atau sebuah pernyataan majemuk yang salah dalam
segala hal tanpa memandang nilai kebenaran dari komponen-komponennya. Untuk
membuktikan apakah suatu pernyataan tersebut kontradiksi, maka ada dua cara
yang digunakan. Cara pertama dengan menggunakan tabel kebenaran, yaitu jika
semua pilihan bernilai F atau salah maka
disebut kontradiksi, dan cara kedua yaitu dengan melakukan penjabaran atau
penurunan dengan menerapkan sebagian dari 12 hukum-hukum Ekuivalensi Logika.
Contoh dari Kontradiksi:
1. (A ʌ ~A)
Pembahasan:
A
|
~A
|
(A ʌ ~A)
|
B
S
|
S
B
|
S
S
|
Dari tabel kebenaran diatas
dapatlah disimpulkan bahwa pernyataan majemuk (A ʌ ~A) selalu salah.
2. P ʌ (~p ʌ q)
Pembahasan:
P
|
q
|
~p
|
(~p ʌ q)
|
P ʌ (~p ʌ q)
|
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
S
S
B
B
|
S
S
B
S
|
S
S
S
S
|
Ini adalah tabel kebenaran
yang menunjukkan kontradiksi dengan alasan yaitu semua pernyataan bernilai
salah (F).
3.4. Ekivalen logika
Dua atau lebih pernyataan majemuk
yang mempunyai nilai kebenaran sama disebut ekuivalensi logika dengan notasi
“ dua buah pernyataan majemuk dikatakan
ekuivalen, jika kedua pernyataan majemuk itu mempunyai nilai kebenaran yang sama
untuk semua kemungkinan nilai kebenaran pernyataan-pernyataan
komponen-komponennya.
Hukum-Hukum Ekuivalensi Logika:
1. Hukum komutatif:
p ʌ q q ʌ p
p v q q v p
2. Hukum asosiatif:
(p ʌ q) ʌ r p ʌ (q ʌ r)
(p v q) v r p v (q v r)
3. Hukum distributif:
p ʌ (q v r) (p ʌ q) v (p ʌ r)
p v (q ʌ r) (p v q) ʌ (p v r)
4. Hukum identitas:
p ʌ T p
p v F p
5. Hukum ikatan (dominasi):
P v T T
P v F F
6. Hukum negasi:
P v ~p T
P ʌ ~p F
7. Hukum negasi ganda (involusi):
~(~p) p
8. Hukum idempoten:
P ʌ p p
p v p p
9. Hukum de morgan:
~( p ʌ q) ~p v ~q
~(p v q) ~p ʌ ~q
10. Hukum penyerapan (absorpsi):
p v (P ʌ q) p
P ʌ (p v q) p
11. Hukum T dan F:
~T F
~F T
12. Hukum implikasi ke and/or:
P
q ~p v q
Dengan adanya hukum-hukum diatas,
penyelesaian soal-soal baik yang bersifat tautologi, kontradiksi dan
ekuivalensi logika tidak hanya menggunakan tabel kebenaran namun juga bisa
dengan menggunakan jalan penurunan yaitu dengan memanfaatkan 12 (dua belas)
hukum-hukum ekuivalensi logika tersebut.
Munir, Rinaldi. 2005. Matematika
Diskrit. Bandung: Informatika.
Wirodikromo, Sartono. 2007.
Matematika. Jakarta: Erlangga.
Limbong, A dan A. Prijono. 2006. Matematika
Diskrit. Bandung: CV Utomo.
Soesianto, F dan Djoni
Dwijono.2003. Logika Proposisional. Yogyakarta: Andi.
Upschutz, Seymour dan Marc Lars
Lipson. 2008. Matematika Diskrit. Jakarta: Erlangga.
3.5.
Aljabar
Proposisi
Aljabar proposisi merupakan penerapan hukum-hukum aljabar dalam logika
proposisi.
Ada beberapa teori aljabar yang
dapat digunakan dalam logika proposisi seperti idempoten, asosiatif, absorbsi,
komutatif, distributif, identitas, komplemen, involution, De Morgan, implikasi,
biimplikasi dan kontraposisi. Berikut ini merupakan penjelasan dari hukum -
hukum yang disebutkan di atas:
Idempoten
·
P ^ P = P
·
P v P = P
Asosiasi
·
( A v B ) v C = A v ( B v C )
·
( A ^ B ) ^ C = A ^ ( B ^ C )
Komutatif
·
A v B = B v A
·
A ^ B = B ^ A
Distributif
·
A v ( B ^ C ) = ( A v B ) ^ ( A v C
)
·
A ^ ( B v C ) = ( A ^ B ) v ( A ^ C )
Identitas
·
A v T = T T ( True ) = 1
·
A ^ T = A
·
A V F = A F (False) = 0
·
A ^ F = F
Komplemen
·
A v ~A = T ~ T = F
·
A ^ ~ A = F ~ F = T
Involution
·
~ A (~A) = A
De Morgan
·
~ (A ^ B ) = ~A v ~ B
·
~ (A v B ) = ~A ^ ~ B
Absorbsi
·
A v ( A ^ B ) = A
·
A ^ ( A v B ) = A
Implikasi
·
A --> B = ~A v B
Biimplikasi
·
A <--> B = ( A --> B ) ^ ( B --> A )
Kontraposisi
·
A --> B = ~ B --> ~ A
3.6.
Implikasi
logik
Proposisi P (p, q,
... ) dikatakan
logically imply proposisi
Q (p, q), ... ), dituliskan
p (p, q, . .
. .
) => Q (p, q, . . . )
jika Q (p, q, ...
) benar untuk P (p, q,
... ) yang benar.
Contoh :
p logically
imply p v q. Perhatikan tabel kebenaran dan q berikut. Perhatikan bahwa p benar pada baris ke 1 dan, dan dalam baris ini p v q juga benar.
Dengan perkataan lain, p
logically imply p v q.
P
|
q
|
p v q
|
T
|
T
|
T
|
T
|
F
|
T
|
F
|
T
|
T
|
F
|
F
|
F
|
Jika Q (p, q, ...
) benar untuk P (p, q,
... ) benar,
maka argumen
p (p, q, ... )
I- Q (p, q, ...
)
valid, begitu juga sebaliknya.
Selanjutnya, argumen P|-- Q valid jika dan hanya jika staternen
P -> Q tautologi.
Teorema:
Untuk setiap proposisi P (p, q, ... ) dan Q (p, q, ... ), ketiga
rtatemen berikut adalah
ekivalen :
i) P (p, q, ...
) logically imply Q (p, q, ... )
ii)
Argumen P (p, q, . .
. ) I-- Q (p, q, .
. . )
valid
iii)
Proposisi P (p, q, ...
) ~ Q (p, q, ... ) tautologi
3.7. Fungsi proposisi dan himpunan kebenaran
Misalkan sebuah himpunan A
diberikan secara eksplisit ataupun implisit. Sebuah fungsi proposisi
(proportional function) atau,
sebuah kalimat terbuka
(open sen- tence) (atau
kondisi) pada A adalah sebuah
pemyataan yang ditulis sebagai
(px)
serta mempunyai
sifat bahwa p(a) benar atau salah untuk setiap a A. Dengan kata lain, p(x) adalah sebuah fungsi
proposisi pada A jika p(x) menjadi sebuah pernyataan bila sebarang
elemen a A
disubstitusikan untuk variabel
x.
Contoh 1
Misalkan p(x)
adalah "x + 2 > 7". Maka p(x) adalah sebuah fungsi proposisi pada N, yakni himpunan bilangan
asli.
Contoh 2
Misalkan p(x)
adalah "x + 2 > 7".
Maka p(x) bukan sebuah fungsi
proposisi pada C, himpunan bilangan
kompleks, karena ketidaksamaan
tidak didefinisikan untuk semua bilangan kompleks.
0 comments:
Posting Komentar